Singaparna dan Perebutan Gelar Juara

"Pertandingan antara Pesilat bernama ... vs ... dimenangkan oleh Pesilat yang menempati sudut?" Pertanyaan tersebut menjadi sangat familiar di telinga kami (para pendekar dari SMP Juara), pasalnya pada pekan ketiga Bulan Februari lalu, enam orang pendekar yang sudah lama berlatih pencak silat di SMP Juara, terpilih untuk mewakili SMP Juara dalam Pertandingan Pencak Silat antar Pelajar se-Pulau Jawa. Pertandingan ini dilaksanakan di Gelora Sukapura, Tasikmalaya dan dilaksanakan selama kurang lebih sepekan, dimulai dari tanggal 17 - 21 Februari, dan diikuti oleh sekitar 400 orang pesilat dari tingkat SD, SMP dan SMA.

Sejak dimulainya babak penyisihan, setiap pertandingan yang dilalui terasa begitu menegangkan. Ilham Sudrajat mengawali pertandingan di babak penyisihan dengan sangat rapi, pesilat yang pernah meraih gelar Juara II tingkat Provinsi ini memenangkan pertandingan dengan gagah dan mendapat skor telak atas lawannya. Selanjutnya, Atep Ahmad Patoni, pesilat yang kini duduk di kelas 9 ini mempunyai kesan tersendiri terhadap pertandingan ini. Selain menjadi pengalaman pertamanya ikut serta dalam pertandingan silat, kesan lain didapatkannya karena pertandingan ini dilaksanakan di kampung halamannya, Tasikmalaya. Berbeda dengan Ilham, Atep memenangkan pertandingan dengan sangat dramatis. Diawali dengan tersungkur di babak pertama hingga harus dinyatakan kalah, Atep bangkit melawan kesakitan yang dirasakan akibat tendangan lawan yang mengenai uluh hatinya. Di babak kedua, Atep membalas kekalahannya dan dinyatakan menang, pertandingan dinyatakan draw dan dilakukanlah babak penentuan. Walaupun harus jatuh bangun, namun tekad yang kuat membawa Atep memenangkan pertandingan pertamanya ini. Pertandingan-pertandingan lainnya pun dilalui dengan baik, meskipun akhirnya Atep harus terhenti di babak perempat final.

Pesilat lainnya pun menunjukkan semangat yang sangat tinggi, selain Ilham dan Atep, Presiden OSIS SMP Juara, Ahmad Ibadurrahman menjadi salah satu pesilat yang didelegasikan untuk mengikuti pertandingan ini. Setiap pesilat mempunyai gaya khas masing-masing saat bertandingan, sebut saja Alma Maritza, pesilat wanita yang gagah ini selalu tampak kharismatik setiap menantang lawannya di gelanggang hijau. Dengan senyum manis berlesung pipi, Alma selalu terlihat tenang saat melakukan pertandingan. Selain Alma, pesilat wanita lainnya yang menjadi delegasi adalah Dika Amalia, pesilat yang masih duduk di bangku kelas 7 ini menjadi yang paling junior diantara pesilat lain dari SMP Juara. Sama seperti Atep, Dika terhenti di babak perempat final. Pesilat terakhir yang menjadi delegasi adalah Rizky Afryansyah, pesilat yang sehari-harinya kerap disapa "Ustadz" oleh teman-temannya ini memberikan kejutan dalam bertanding. Rizky yang biasanya kalem dan tidak banyak bicara ini, tampil begitu agresif dan sigap.

Tahun ini memang mereka masih menitipkan piala pada kontingen dari daerah lain, namun mereka menciptakan sejarah dalam hidup mereka yang tidak akan terlupakan. Lima hari di Kota Tasik dengan bermacam kejadian menorehkan kesan tersendiri bagi mereka. Belum lagi perjuangan mempersiapkan pertandingan dengan latihan rutin yang cukup padat selama kurang lebih empat bulan. Semoga kelak piala yang dititipkan itu akan menjadi milik mereka. Aamiin.

Komentar