Suku Akkadia ,Suku Maya dan SMP Juara

Hari itu datang juga, hari dimana akhirnya saya memenuhi janji untuk mengajak semua siswa SMP Juara menonton pertunjukkan drama musikal di Gedung Rumentang Siang, Selasa, 4 Februari 2014. Hari itu matahari tidak secerah biasanya, namun hal tersebut tidak mematahkan semangat para siswa untuk pergi ke nonton drama. Tepat jam 13.00 WIB, kami memasuki Gedung Kesenian Rumentang Siang. Pada hari itu, "Sanggar Zero Seven" yang akan menghibur kita semua dengan penampilannya lewat cerita "Legenda Akkadia".

Pertunjukkan dimulai, lampu dimatikan, ruangan menjadi gelap, dan hanya bagian panggung saja yang bercahaya, menjadi lebih mencekan dengan iringan bumper yang menegangkan. Akhirnya tirai merah dibuka dan muncullah tiga orang perempuan yang berjalan terpincang-pincang dengan wajah kesakitan dan berteriak meminta tolong. Scene pertama ini berhasil memancing rasa ingin tahu penonton, siapa mereka? Pertolongan apa yang mereka inginkan? Sampai akhirnya datanglah dua orang perempuan lainnya beserta satu lelaki mengenakan pakaian serba hitam dan membawa senjata. Ternyata ketiga orang ini adalah keturunan Suku Maya yang sejak dahulu terlibat perang saudara dengan Suku Akkadia, dan ketiga perempuan tadi adalah orang-orang keturunan Suku Akkadia yang disekap oleh Suka Maya. Scene pertama selesai dan tirai kembali ditutup diiringi tepuk tangan meriah dari penonton, begitu seterusnya sampai pertunjukkan selesai.

Kini tiba saatnya siswa siswi SMP Juara mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh saya selaku Guru Bahasa Indonesia. Ada yang diberi tugas menilai dan memberi tanggapan, menulis sinopsis dan ada juga yang ditugaskan untuk melakukan wawancara dengan pemain dan kru. Mereka tampak antusias mengerjakan tugas-tugas ini, terutama siswa yang kebagian tugas melakukan wawancara. Dengan semangat mereka menghampiri para pemain dan kru, dengan luwes mereka mengobrol dengan para pemain dan kru dari "Zero Seven" bahkan tidak sedikit dari mereka yang meminta foto bareng atau meminta tanda tangan para pemain. Ternyata hal ini memancing siswa lainnya yang tidak kebagian tugas wawancara untuk ikut berkenalan dan berfoto ria dengan para pemain dan kru. Sungguh pemandangan yang menggelikan dan menyenangkan. Semoga pertunjukkan ini bisa menjadi contoh bagi siswa siswi SMP Juara, untuk menampilkan kreativitas dan totalitas dalam menyajikan sebuah pertunjukkan drama.

Komentar